Jumat, 27 Februari 2015

CARA MEMBUAT MADING 2D



Pertama, Karakteristik Mading
Majalah dinding, baik itu yang dikelola oleh sekolah maupun lembaga lain rata-rata memiliki karakter yang amat sederhana. Dikatakan sederhana, karena bentuk penampilannya lembaran, tidak berbentuk buku/majalah sebagaimana yang biasa kita kenal. Mading memiliki karakter mudah dibaca sambil berdiri. Untuk membaca majalah ini juga tidak dibutuhkan waktu terlalu lama. Mading bisa dibaca sepintas. Bisa dibaca dengan jarak lebih min 35 cm dari mata kita. Mading merupakan majalah berbentuk hiasan – tulisan dan gambar- yang dipajang di dinding, yang tidak memiliki banyak kolom atau ruangan.

Kedua, Kolom atau Ruang pada Mading
Dengan kesederhanaannya, agar tetap menarik perhatian pembaca, mading dihadirkan dengan bentuk kolom-kolom tertentu. Misal; perwajahan mading (cover), ditampilkan dengan nama yang cukup memikat. Nama ditulis dengan bentuk huruf yang mudah dibaca. Usahakan cover majalah ditulis pada warna dasar yang menarik, sehingga baru saja melirik nama madingnya saja, pembaca sudah merasa terpikat untuk terus menikmati tulisan-tulisan yang disuguhkan sampai selesai.

Ketiga, Sumber Tulisan
Agar kehadirannya bisa memikat pembaca, terutama anak-anak yang cinta membaca, majalah dinding harus diisi dengan tulisan-tulisan segar. Tulisan hangat yang tengah menjadi perbincangan banyak orang. Jangan menghadirkan berita atau tulisan yang sudah biasa didengar banyak pembaca! Ini jika mading kita ingin dikatakan greeess! Untuk bisa mengisi semua ruang yang ada di mading, hendaknya kolom demi kolom harus diisi dengan tulisan-tulisan tertentu. Pengatar redaksi, diisi oleh pengelola majalah, biasanya guru pembimbing. Kolom berita, bisa diisi oleh guru atau anak-anak (wartawan sekolah) dengan liputan berita kegiatan di sekolahnya. Kolom cerpen, diisi oleh anak-anak yang suka pada tulisan tersebut. Demikian pula dengan kolom puisi dan kolom-kolom yang lain. Mengingat majalah dinding sebagai media latihan menulis bagi anak-anak, maka usahakan semua tulisan bersumber dari hasil karya tulis anak sendiri. Bukan jiplakan atau guntingan dari majalah atau koran sungguhan.

Keempat, Kepala Berita
Setelah semua kolom yang tersedia di majalah dinding terisi tulisan, sebagai guru pembimbing kita haruslah bisa segera menentukan judul berita (head line) yang menarik. Kita tentukan judul tulisan yang mudah dipahami oleh anak-anak. Judul berita sebisa mungkin merupakan rangkuman dari tulisan yang ada pada majalah dinding yang kali itu ditampilkan. Dengan demikian, setiap kali mading tampil, judul berita pun berbeda-beda.

Kelima, Perwajahan
Perwajahan disebut juga tataletak atau lay out. Agar penampilan mading yang kita suguhkan kepada pembaca selalu tampak menarik, tentu saja perlu kita poles dengan wajah yang cantik. Kita tata kolom demi kolom sedemikian rupa, agar menghasilkan tataletak yang cukup memikat. Dengan wajah dan tatanan yang cantik ini diharapkan anak-anak tidak cepat merasa bosan untuk terus membacanya

Foto: Kisah Keunikan Si Ikan Badut dan Anemon Perairan Indonesia



Clown fish dan anemon. Foto: Wisuda
Clown fish dan anemon. Foto: Wisuda
Menyebut anemon, ingatan kita mungkin akan melayang mengingat ikan badut atau sering disebut clown fish yang hidup di sela-sela ribuan anemon. Bahkan industri film hollywood, sampai membuat film bertema ikan bergaris-garis merah putih ini dalam film “Finding Nemo” yang terkenal itu. Keduanya, memang seperti tidak terpisahkan.
Anemon sendiri,  memang sekilas terlihat seperti tumbuhan, tapi jika diamati lebih jauh, anemon laut merupakan jenis hewan dari keluarga Anthozoa. Bentuk tubuh anemon yang seperti bunga,membuatnya juga disebut sebagai mawar laut. Lipatan yang bundar di antara badan dan keping mulut membagi binatang ini kedalam kapitulum di bagian atas dan scapus bagian bawah. Di antara lengkungan seperti leher (collar) dan dasar dari kapitulum terdapat “fossa”. Kepingmulut bentuknya datar, melingkar, kadang-kadang mengkerut, dan dilengkapi dengan tentakel kecuali pada jenis limnactinia keping mulut tidak dilengkapi dengan  tentakel. Beberapa anemon laut dapat bergerak seperti siput, bergerak secara perlahan dengan cara menempel. .Sebagian besar anemon laut memiliki sel penyengat yang berguna untuk melindungi dirinya dari predator.
Anemon . Foto: Wisuda
Ikan badut yang bersembunyi diantara anemon . Foto: Wisuda
Dan sel penyengat inilah yang dimanfaatkan oleh beberapa mahluk hidup untuk melindungi diri mereka dari para predator. Pada umumnya anemon sendiri dapat dijumpai di daerah terumbu karang yang dangkal, di goba atau di lereng terumbu tapi ada juga yang hidup di tepian padanglamun, tetapi tidak sedikit pula yang memilih tinggal di pasir. Bahkan Carlgren (1956) dalam penelitiannya menemukan beberapa jenis dari anemon yang hidup di kedalaman 6000 meter dan bahkan lebih dari 10.000 meter. Anemon jarang dijumpai pada daerah terumbu karang yang persentase tutupan karang batunya tinggi.
Ada lebih dari 1000 jenis anemon yang tersebar di seluruh dunia, yang diantaranya juga banyak terdapat di perairan Indonesia.
Foto: Wisuda
Pink anemon. Foto: Wisuda
Tentakel anemon mengeluarkan lendir yang melindungi diri dari sengatan antar tentakelnya. Dan lendir inilah yang juga digunakan oleh ikan badut untuk melindungi dirinya dari sengatan si anemon. Ikan badut, mempunyai cara agar kebal terhadap racun anemon. Yaitu dengan melumasi tubuhnya dengan lendir yang ada di tentakel anemon.
Antara anemon dan ikan badut, atau disebut juga ikan giru, terjalin hubungan symbiosis mutualisme, yaitu saling menguntungkan.ikan badut akan mengusir para predator anemon seperti ikan kupu-kupu, ketika hendak memangsa anemon, selain juga membersihkan sisa makanan dan  parasit dari anemon dengan memakannya. Demikian juga sebaliknya, anemon adalah rumah yang sangat aman bagi ikan badut, karena sengatan tentakelnya.
Ikan Badut, Jumlahnya Terus Berkurang di Habitat Asli
Ikan badut adalah ikan dari anak suku Amphiprioninae dalam suku Pomacentridae. Ada dua puluh delapan yang biasa dikenali, salah satunya adalah genus Premnas, sementara sisanya termasuk dalam genus Amphiprion.Mereka tersebar di lautan Pasifik, Laut Merah, lautan India, dan karang besar Australia. Spesies terbesar mencapai panjang 18 cm, sementara yang terkecil hanya 6 cm. Pada saat menetas, semua ikan badut adalah jantan. Dan ketika si betina, yang hanya ada satu di setiap anemonnya, mati, maka jantan terbesar akan merubah kelaminnya menjadi betina.
Bubble anemon. Foto: Wisuda
Bubble anemon. Foto: Wisuda
Selain ikan-ikan besar, ikan badut juga mempunyai musuh kecil yang tidak berbahayanya. Musuh itu berupa crustacea kecil yang menjadi parasit bagi ikan badut. Mereka tinggal di dalam tubuh ikan badut dan menghisap nutrisi si ikan badut, sampai akhirnya lemas dan kemudian mati.
Dewasa ini, ikan badut mulai banyak dicari orang untuk dijadikan binatang peliharaan. Beberapa penelitian dan budidaya sudah dilakukan terhadap ikan badut. Tetapi  walaupun begitu, kuota penangkapan di alam liarnya belum dijangkau oleh regulasi yang khusus, memang saat ini jumlahnya di alam masih sangat melimpah, tapi perlu juga dipikirkan keberlangsungannya, agar hewan lucu ini tidak menghilang dan langka. Selain juga agar ekosistem di laut tetap terjaga dan lestari.
Pink anemon. Foto: Wisuda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar